palingseru.com – Kerasnya kehidupan di Ibu Kota seringkali membuat masyarakat melakukan profesi yang terbilang rendah dan tak masuk akal. Ini semua dilakukan mereka tentu demi menyambung hidup.
Seperti yang dilakukan oleh seorang nenek bernama Minah. Nenek 87 tahun ini berasal dari sebuah desa di Solo, Jawa Tengah. Ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta sejak puluhan tahun silam. Saat itu dia terkena PHK dari sebuah perusahaan pabrik rokok di Madiun.
Pada saat bersamaan, suaminya meninggal dunia lantaran sakit.
“Saya dari Solo, merantau ke Madiun. Tapi pabrik rokok tempat saya bekerja tutup. Saya bingung mau ke mana lagi, di kampung saya tidak punya sawah. Jadinya saya ke Jakarta saja ikut teman saya,” kata Minah seperti dikutip Warta Kota, Rabu (19/10/2016).
Sesampainya di Jakarta, Minah pun mendapat pekerjaan, yakni memungut beras yang tercecer dari truk-truk besar pengangkut beras.
Setiap pagi, Minah dan teman-temannya sudah siap berkumpul ketika truk pengakut beras datang di Pasar Induk Beras Cipinang. Perlengkapan yang mereka bawa pun sederhana, hanya sebuah sapu lidi dan lempengan besi.
Minah dan temannya akan memungut beras cecer ketika proses pengangkutan beras telah selesai. Karena jumlah orangnya yang cukup banyak, mereka pun membagi lokasi untuk setiap kelompok. Hal ini dilakukan untuk menghindari keributan atas penghasilan yang mereka dapatkan.
Sebutir demi sebutir beras akhirnya terkumpul. Beras yang kotor itu lalu dibersihkan, dipisahkan dengan debu. Setelah bersih, Minah masukkan beras ke dalam kantong plastik yang sebelumnya sudah selipkan di bagian tubuhnya.
Namun tetap saja, beras yang telah dibersihkan itu tidak layak makan. Biasanya, setelah beras terkumpul, ada orang yang datang ke pasar untuk membeli beras yang dikumpulkan Minah dan rekan-rekannya.
“Berasnya itu buat makan ayam. Seliter harganya Rp 4 ribu. Kalau sudah langganan ya saya jualnya Rp3500. Tapi kadang ada beras yang layak makan, saya bawa pulang. Tapi jumlahnya sangat sedikit,” ujarnya.
Begitulah setiap harinya, profesi yang dipandang sebelah mata ini selalu dilakukan Minah. Karena hanya itulah yang dapat dilakukkannya. Belum lagi, tunggakan kontrakan yang harus menunggu setiap bulannya.
Di Jakarta, Minah tinggal di rumah kontrakan yang letaknya tak jauh dari pasar. Di kontrakan itu, ia tinggal bersama kedua rekannya sesama pengumpul beras. Untuk masalah biaya kontrakan, mereka pun saling menyumbang.
“Kontrakan sebulan Rp500 ribu, dibagi tiga dengan dua teman saya. Sudah untung saya tidak hidup menggelandang, karena banyak teman saya di sini (sesame pengumpul beras) yang tidur di sembarang tempat karena uangnya tidak cukup untuk mengontrak. Kalau saya, soal makan tidak penting. Yang penting ada tempat tidur meski sempit,” katanya.
Sebenarnya Minah punya anak yang saat ini tinggal di kampung halamannya, di Solo. Di sana, anaknya hanya bekerja sebagai buruh tani di sawah milik para tetangganya.
Sang anak sebenarnya sudah meminta Minah agar hidup bersamanya di kampung. Namun permintaan itu sering ditolak Minah. Hal itu dilakukannya tentu saja ada alasan yang kuat.
Diakui Minah, ia sangat kepengen sekali untuk bisa tinggal serumah dengan anak dan cucunya. Namun kembali lagi pada pokok permasalahan, Minah tidak ingin membebani kehidupan anaknya yang juga susah.
“Saya bilang ke anak saya, ‘le, aku ndak mau jadi beban kamu. Biar aku di Jakarta saja nyari uang. Kami urusi saja keluargamu,’” tutur Minah.
Tapi beruntung, di saat Minah dilanda rasa rindu pada anak dan cucunya, ia selalu dihibur oleh ketujuh kucing kesayangannya. Tiga kucing di rumah kontrakan dan empat kucing lain di ‘markas’ Minah, di sebuah gubug beratap terpal, di sudut pasar.
“Kalau yang di sini ada empat. Mereka sudah tahu kapan saya datang dan pulang. Tiap pagi saya datang, mereka sudah menunggu di sini.”
Saking sayangnya dengan kucing-kucingnya, Minah selalu membawa makanan lebih untuk mereka.
“Kalau saya makan, selalu saya sisihkan buat kucing-kucing saya. Dari kontrakan, bekal makanan saya ada dua. Satu buat makan siang saya, satunya buat kucing-kucing ini. Kami selalu makan siang bersama,” katanya.