Kecewa Dengan Sistem Zonasi, Siswa SD Berprestasi di Pekalongan ini Bakar Semua Piagam Penghargaan yang Pernah Ia Dapatkan


via: detik.com

Palingseru.com – Sejak diberlakukan tahun 2018 hingga saat ini, peraturan terbaru tentang PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang memberlakukan sistem zonasi, terus menuai pro dan kontra dari para orangtua.

Di satu sisi, penerapan sistem zonasi kemungkinan besar menjadi ‘langkah’ awal dalam memajukan pendidikan Indonesia, dengan menimba inspirasi dari negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman dan Malaysia.

Namun di sisi lain, sistem zonasi justru memakan banyak korban. Anak-anak berprestasi menjadi tidak bisa lagi mengandalkan kemampuan mereka untuk masuk ke sekolah pilihannya karena data alamat Kartu Keluarga orangtua jauh lebih sakti.

Dan, Yumna (12), adalah salah satu pelajar berprestasi yang harus menjadi korban dari sistem zonasi.

Dia gagal masuk ke SMPN 1 Kajen, Pekalongan, sekolah yang sudah lama ia impikan, hanya karena jarak sekolah dari rumahnya 1,8 km.

Padahal Yumna yang merupakan lulusan SDN 02 Pekeringanalit memiliki segudang prestasi serta menyabet sejumlah piagam penghargaan. Piagam-piagam tersebut merupakan berbagai kejuaraan seni dan agama yang diikuti dan beberapa diantaranya juara satu tingkat Kabupaten Pekalongan, melansir Detik.com.

Namun mirisnya, semua piagam penghargaan yang ia dapatkan itu tidak dapat membantu dirinya masuk ke sekolah idamannya. Karena diselimuti rasa kecewa ini pula, Yumna akhirnya berbuat nekat, membakar seluruh piagam penghargaan tersebut.

“Anak saya juga masuk anak yang selalu memiliki rangking di kelasnya. Mungkin berpikiran piagam-piagam tidak membantu dirinya masuk ke SMP Negeri 1 Kajen (sekolah yang diinginkan), jadi akhirnya dibakar,” papar Sugeng Wiyoto (50), ayah Yumna.

via: detik.com/Sugeng Wiyoto saat ditemui detikcom di rumahnya yang berada di Griya Kajen Indah RT 4 RW 12, Desa Gandarum, Kecamatan Kajen

Sugeng menjelaskan bahwa dirinya sudah mencoba mendaftar melalui jalur prestasi, namun tidak bisa karena hari pertama pendaftaran, Sugeng melakukan pendaftaran melalui jalur zonasi.

“Sebagai orangtua kecewa ya kecewa. Kita sudah mendaftar ke jalur prestasi kata pihak sekolah (SMP) tidak bisa, harusnya daftar di sekolah luar zonasi,” ungkap Sugeng.

Akibatnya, putranya terpaksa mengenyam pendidikan di sekolah swasta.

“Sudah saya daftarkan ke sekolah swasta. Ya seharusnya dengan sistem seperti ini pihak pemerintah menyediakan banyak sekolah negeri dulu,” tutur ia kecewa.

via: detik.com

Like it? Share with your friends!