11 Januari 532: Kerusuhan Nika di Konstantinopel


Kerusuhan Nika

Kerusuhan NikaPalingseru.com – Kerusuhan Nika, atau Pemberontakan Nika terjadi selama seminggu di Konstantinopel pada tahun 532 M. Kerusuhan ini adalah yang terbesar selama sejarah Konstantinopel, dengan hampir 50% kota dibakar atau dirusak, dan puluhan ribu orang tewas.

Pada tanggal 13 Januari 532, massa yang tegang dan marah tiba di Hippodrome untuk menyaksikan pertandingan. Hippodrome sendiri terletak di sebelah kompleks istana, memungkinkan Yustinianus untuk menonton pertandingan di balik perlindungan di istana. Dari awal pertandingan, massa telah meneriakan cemoohan-cemoohan kepada Yustinianus. Pada sore hari, saat pertandingan ke-22, seruan massa telah berganti dari “Biru” atau “Hijau”, bersatu menjadi Nίκα (“Nika”, berarti “Menang!” atau “Taklukkan!”), dan massa mula menjebol gerbang istana dan menyerbu ke dalam. Selama lima hari ke depan, istana berada dalam pengepungan semu. Api yang dimulai saat kerusuhan menyebabkan kerusakan di sebagian besar kota, termasuk gereja pusat kota, Hagia Sophia (yang kemudian dibangun lagi oleh Yustinianus).

Beberapa kalangan Senator melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menggulingkan Yustinianus, mengingat bahwa mereka juga menentang tarif pajak baru yang ditetapkan pemerintah dan kurangnya dukungan dari kalangan aristokrat. Para perusuh, yang sekarang bersenjata dan mungkin sudah dikendalikan oleh sekutu mereka di Senat, juga menuntut Yustinianus untuk memecat gubernur Yohanes dari Kapadokia, yang bertanggung jawab atas pemungutan pajak, dan quaestor Tribonianus yang bertanggung jawab atas pencatatan undang-undang. Para perusuh kemudian mengangkat kaisar baru, Hipatius, yang merupakan kemenakan dari kaisar sebelumnya, Anastasius I.

Yustinianus, dalam keputusasaannya, telah mempertimbangkan untuk lari meninggalkan kota, tetapi istrinya Theodora mencegahnya dengan mengatakan, “Siapapun yang telah mengenakan mahkota kekaisaran tidak boleh berpasrah melihat kehilangannya. Tak kan pernah aku melihat seharipun aku tidak disapa sebagai permaisuri.  Meskipun rute pelarian lewat jalur laut telah terbuka bagi sang kaisar, Theodora bersikeras untuk tetap tinggal di dalam kota, mengutip sebuah kutipan lama, “Kebangsawanan adalah sebuah kafan penguburan yang indah,” atau mungkin, [warna kekaisaran] “Warna ungu bisa menjadi warna kain kafan yang indah.”

Sementara itu, sembari Yustinianus mempersiapkan diri, ia membuat rencana yang melibatkan Narses, seorang kasim yang terkenal, serta para jenderal, Belisarius dan Mundus. Dengan membawa sekantong emas yang diberikan oleh Yustinianus, Narses memasuki Hippodrome sendirian dan tanpa senjata, berhadapan dengan massa yang telah membunuh ratusan orang. Narses berjalan langsung ke tempat tim Biru, tempat dia mendekati orang-orang Biru yang berpengaruh dan mengingatkan mereka bahwa Kaisar Yustinianus lebih mendukung mereka daripada Hijau. Narses juga mengingatkan mereka bahwa kaisar palsu yang mereka mahkotai, Hipatius, adalah seorang simpatisan tim Hijau. Kemudian, ia mengedarkan emas-emas tersebut. Para pemimpin tim Biru kemudian berdiskusi sebentar diam-diam sebelum kemudian mereka berbicara kepada para pengikutnya. Akhirnya, di tengah-tengah penobatan Hipatius sebagai kaisar, tim Biru menjebol pagar keluar Hippodrome. Tim Hijau hanya bisa terduduk, kaget. Kemudian, tentara kekaisaran yang dipimpin oleh Belisarius dan Mundus menyerbu Hippodrome, membunuh pemberontak-pemberontak yang tersisa.

Sekitar tiga puluh ribu perusuh diberitakan tewas. Yustinianus juga menghukum mati Hipatius dan mengasingkan para senator yang mendukung jalannya kerusuhan. Ia kemudian membangun kembali Konstantinopel dan Hagia Sophia, serta bebas membangun kekuasaannya.

baca juga: 10 Demonstrasi Paling Anarkis dan Mematikan di Dunia


Like it? Share with your friends!