Palingseru.com – ‘Dituntut’ tangguh sedini mungkin, Taufik (14) berjuang keras menghidupi kedua adik perempuannya yang kini menjadi tanggungjawabnya semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia.
Ini jelas menjadi beban hidup yang luar biasa bagi anak seusianya. Ya, di saat anak seusianya asyik menikmati masa remajanya, berbeda ceritanya dengan Taufik yang harus putus sekolah dan banting tulang, bekerja serabutan agar kedua adiknya dapat makan dan tetap bersekolah.
Dari pekerjaannya sebagai penarik amal yang berdiri di pinggir jalan untuk pembangunan sebuah masjid raya di sekitar Jalan Raya Curah Batu, Taufik mendapat bayaran sebesar 30 ribu rupiah per harinya, melansir Merdeka.com.
“Setiap hari, Taufik menempuh 2-3 kilometer dengan berjalan kaki ke Jalan Raya Curah Batu untuk membantu menarik amal Pembangunan Masjid,” tulis keterangan laman kitabisa.
“Taufik menjadi penarik amal dari jam 07.00 WIB – 12.00 WIB dengan upah Rp 30 ribu. Pendapatan ini ia gunakan untuk biaya sehari-hari dan sekolah kedua adiknya.”
Mirisnya, Taufik tidak hanya harus memenuhi kebutuhan dirinya dan kedua adiknya, namun juga terbebani utang yang ditinggalkan orangtuanya semasa hidup.
“Setiap hari Selasa dan Kamis, Taufik harus bertemu dengan petugas bank. Mereka datang menagih utang orangtua Taufik. Karena ia adalah anak pertama, Taufik merasa memiliki tanggung jawab atas utang dan nasib kedua adiknya.”
Kisah hidup pahit dan pilu Taufik ini telah menarik simpati banyak pihak, hingga kini dilakukan penggalangan dana untuk meringan bebannya melalui laman kitabisa.com.