Dituding Gelandangan Setingan, Begini Pengakuan Tunawisma yang Ditemui Mensos Risma di Sudirman


Gelandangan bernama Nur Saman (69) saat ditemui di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (7/1/2021). Ia merupakan salah satu gelandangan yang sempat ditemui Menteri Sosial Tri Rismaharini saat blusukan. (TribunJakarta.com/Annas Fuqon Hakim)

Palingseru.com – Menteri Sosial Tri Rismaharini tengah menjadi bahan perbincangan publik.

Hal ini lantaran aksi blusukannya di sejumlah daerah di Jakarta.

Dalam beberapa blusukannya tersebut, Risma sempat menemui sejumlah gelandangan atau tunawisma.Blusukan ala Risma itu dianggap settingan alias hanya rekayasa oleh beberapa pihak.

Salah satunya adalah akun twitter @Andhy_SP211. Akun tersebut mengunggah beberapa foto terkait gelandangan yang ditemui Risma.

Ia juga mencantumkan narasi yang mengatakan bahwa orang yang ditemui Risma bukan gelandangan.

“Gembel ternyata bisa menjadi profesi yg menguntungkan, bisa ikut Drakor tanpa casting pastiny..,” demikian bunyi narasi yang ditulis akun Twitter @Andhy_SP211.

“Kalau yg menghadap ke depan atau yg rambutnya putih/ubanan kek kenal itu, tukang jualan poster Soekarno Menang dia orang PDIP. Lokasi jualanya jln Minang kabau Manggarai, selain itu dia juga jualan kelapa muda. Terciduk juga ,” tulis akun Facebook Adhe Idol yang kemudian di-capture dan diunggah di akun Twitter @Andhy_SP211.

Postingan itu pun viral di media sosial dan mendapat komentar beragam dari warganet.

TribunJakarta.com mencoba menelusuri kebenaran dari postingan tersebut dengan menemui sosok gelandangan yang dimaksud.

Sosok itu bernama Nur Saman (69). Faktanya, pria paruh baya itu memang seorang gelandangan.

Sehari-hari, Nur Saman berprofesi sebagai pemulung menurut pengakuannya.

Ia mengaku kerap berpindah-pindah tempat saat memulung.

“Biasanya ke arah Pasar Rumput, Halimun, nanjak gedung-gedung tinggi di Sudirman, Kokas (Kota Kasablanka), balik lagi ke Saharjo. Mutar-mutar aja,” kata Nur Saman saat ditemui di tepi kali di Jalan Minangkabau, Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (7/1/2021).

Selain memulung, Nur Saman juga kerap bekerja di salah satu tempat tambal ban.

Tujuannya adalah mendapatkan tambahan uang di luar penghasilannya sebagai pemulung.

“Misalnya tambal ban tiga motor. Saya dapat satu, dia (pemilik tambal ban) dapat dua. Satu motor kan Rp 15 ribu,” ujar dia.

Nur Saman mengaku tidak memiliki tempat tinggal. Ia tidur di trotoar tepi kali dengan beralaskan terpal.

“Di sini anginnya gede, terus nggak ada nyamuk. Kalau hujan pindah ke emperan toko,” ucap Nur Saman.

Nur Saman merupakan pria asal Indramayu, Jawa Barat. Namun, ia mengaku sudah merantau ke Jakarta sejak kelas 2 SD.

“Istri di Indramayu, sudah lama enggak pulang, sudah empat tahun nggak ketemu,” kata dia.


Like it? Share with your friends!