PalingSeru – Kadus di Kecamatan Blado, Batang, Jawa Tengah nekat gantung diri. Ia juga meninggalkan sebuah wasiat yang berisi tentang penggunaan uang program keluarga harapan (PKH) yang sudah ia gunakan untuk foya-foya. Warga menemukan surat wasiat itu di rumah kosong yang juga merupakan lokasi sang Kadus gantuung diri.
“DUIT WIS TAK BAGI DI WADON2. (Uang sudah saya bagikan ke para wanita). NJALUK NGAPURO KARO ANAK BOJO. (Minta maaf pada istri dan anak (saya)). NEK MASALAH UTANG URUSANE NYONG KABEH. ANAK BOJO ORA URUSANE. TAPI NEK DUIT PKH SE WONG GERLANG ENTEK NANG PL PL KARO PSK-LSM. (Kalau masalah utang itu urusannya saya semua. Anak-istri tidak ada sangkut pautnya. Tapi kalau uang PKH milik orang (desa) Gerlang, sudah habis di PL (pemandu lagu) dan PSK dan LSM),” demikian bunyi salah satu wasiat S.
Kapolsek Blado, AKP Budi Prayitno, membenarkan kejadian itu. Kejadian tersebut terjadi pada Selasa (14/9) kemarin. Saat menerima laporan pada pukul 13.30 WIB, ia dan timnya langsung terjun ke lokasi kejadian.
“Iya, tapi itu kejadiannya kemarin (14/9). Kami menerima laporan sekitar pukul 13.30 WIB, langsung kami cek ke lokasi kejadian,” kata Budi saat dihubungi wartawan, Rabu (15/9/2021).
Korban yang saat itu diemukan dalam kondisi tergantung meninggal akibat gantung diri. Hasil dari pemeriksaan, polisi tidak menemukan tanda kekerasan pada tubuh korban. Kemudian, jasad korban diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan.
Kadus Gerlang Agus Riawan mengatakan bahwa korban mengaku penggunaan uang PKH itu. Dulu korban mengurus kartu-kartu penerima saat pencairan. Namu, pada pencairan PKH yang kesekian kalinya, uang PKH tidak sampai ke warga.
“Dulu itu, dia yang mengurus kartu-kartu penerima saat pencairan itu termasuk desa kami (Gerlang) ke dia. Tapi tahun berapa PKH dicairkan tapi nggak sampai ke warga Gerlang. Jumlahnya banyaklah, sekitar Rp 150 juta, anggaran tahun 2019,” kata Agus.
“Pengakuan itu (surat wasiat korban) ditemukan di buku pribadinya dia. Kalau PKH tidak cuman Desa Gerlang saja yang jadi korbannya. Dulu memang sempat kabur sih,” terang dia.
Penggunaan uang PKH itu sudah cukup lama. Sebelmnya warga pernah komplain, namun karena melihat kondisi korban warga kemudian mau memahami. Warga merasa tidak tega dengan kondisi yang bersangkutan.
“Warga juga pernah komplain. Terus melihat kondisi dia, warga tidak tega, mau gimana lagi. Yang penting kami bisa mengkondisikan masyarakat, agar kondusif,” jelas Agus.