Valentine atau hari kasih sayang memiliki banyak penilaian dan pandangan dari banyak orang. Ada yang menjadikannya budaya ada pula yang menghindarinya.
Valentine sendiri berasal dari salah satu legenda pastur Valentine di abad ketiga di Roma. Saat itu, Kaisar Romawi Claudius II membangun kekuatan militermua dan berpikir pria lajang akan menjadi prajurit yang baik.
Untuk membangun tentara yang kuat, kaisar melarang laki-laki muda menikah. Larangan pada rasa sayang ini tidak adil dan membuat Valentine melakukan upacara perkawinan rahasia. Ketika tertangkap basah, pastor cinta legendaris ini dihukum mati.
Lebih tragis, pastor ini dipenggal di depan umum pada 14 Februari karena menolak mencela nama Kristus. Karenanya, tanggal tersebut ditetapkan gereja sebagai hari untuk menghormati kehidupan heroiknya.
Menurut Asisten Wakil Presiden Saint Joseph University Philadelphia Philip Florio, nama Valentine tak terkait romantisme dan cinta hingga abad 14 ketika Geoffrey Chaucer memasukkan Hari Santo Valentine ke dalam puisi cintanya ‘The Parliament of Fowls’.
Hari Valentine berikutnya pun dikaitkan kepahlawanan dan cinta romantis selama berabad-abad kemudian. Bunga, permen dan kartu ucapan membantu kaum pria dan wanita saling menyatakan cinta mereka.
Pada 1868, Richard Cadbury merilis kotak cokelat Hari Valentine pertama diikuti pada 1902 dengan ‘percakapan’ hati pertama dari Perusahaan Biskuit New England. Pada 1840, Esther A. Howland menciptakan kartu Valentine komersial pertama di Amerika Serikat (AS).
Pada 1913, Perusahaan Hallmark memproduksi kartu Valentine pertama. Menurut National Retail Federation (NRF) pada 2011, konsumen rata-rata menghabiskan US$116 (Rp1 juta) dan akan mencapai total US$15,7 miliar (Rp 140 triliun) untuk Hari Valentine saja.
Kartu ucapan pun masih tetap menjadi pilihan populer, tercatat hampir 55% kado Hari Valentine terdapat kartu ucapan disertai permen dan bunga. Di sisi lain, hari Valentine yang seharusnya dipenuhi cinta dan kebahagian ini ternyata bisa sangat meresahkan.
Cinta ternyata menakutkan dan ada 12 fobia valentine, mulai dari takut sendiri hingga takut pada coklat. Commitmentphobia, fobia ini merupakan dibuat-buat namun orang-orang yang takut berhubungan mungkin akan benar-benar memiliki ‘amorafobia’ atau ketakutan cinta.
Metrophobia, pengidap fobia ini takut pada puisi dan mereka perlu menyewa pengarang untuk menuliskan puisi cinta mereka untuk kekasihnya. Xocolatophobia, pengidap fobia ini akan merasa coklat lebih mengerikan dibanding romantis itu sendiri.
Erythrophobia, fobia paling umum ini membuat orang takut menjadi malu dan menyebabkan penderitanya menjadi sangat malu dan pengidap fobia ini baru akan sadar ketika kulit mereka memerah.
Philematophobia, siapa saja yang pernah menjadi korban pencium yang sangat buruk bisa memahami fobia berciuman ini. Cardiophobia, akan menjadi hal yang sangat kejam jika Anda mengirim kartu ucapan merah berbentuk hati di Hari Valentine pada penderita fobia ini.
Anthrophobia, melihat karangan bunga yang indah memang bisa menimbulkan perasaan tersendiri namun tidak bagi pengidap fobia takut bunga ini. Setangkai mawar merah bisa membuat mereka sangat cemas.
Haphephobia atau Aphenphosmphobia, fobia ini akan membuat pengidapnya sangat kesepian di Hari Valentine karena fobia ini membuat orang menghindari bersentuhan kulit dengan orang lain.
Keriophobia, sakit kepala akibat bau yang sangat kuat, aroma kimia dan luka bakar dari lilin panas akan membuat pengidap fobia ini sangat tersiksa. Anuptaphobia, fobia ini membuat pria takut lajang dan membuatnya minta bantuan pada sahabatnya untuk ‘mengambil’ hati perempuan idamannya.
Ornithophobia, membuat orang takut burung karena mereka ketakukan jika sewaktu-waktu burung-burung ini akan ‘pup’ dari atas. Terakhir, Apiphobia, pengidap fobia ini sangat takut pada lebah terlebih lagi sengatannya yang menyakitkan. sumber
baca juga