[ads1]Palingseru.com – Seorang wanita bernama Noela Rukundo ini harus menyaksikan suatu hal yang bikin dirinya terkejut dimana ada banyak orang melayat di rumahnya . Dan setelah diketahui ternyata para pelayat itu usai meninggalkan prosesi pemakaman yang ternyata upacara pemakaman untuk dirinya.
Nolea yang duduk di dalam sebuah mobil di luar rumahnya di Melbourne, Australia itu pun tidak menyangka . Pada saat itu dia terus menunggu suaminya keluar dari rumah.
Dan yang membuat dirinya merasa semakin aneh , saat ia melangkah keluar dari mobilnya, suaminya sangat ketakutan.
“Apakah mata saya salah? Apakah itu hantu?”
“Kejutan…! Saya masih hidup!” jawab sang istri.
Suaminya yang percaya jika istrinya sudah meninggal pun semakin ketakutan. Awal mula kejadian ini bisa terjadi lantaran suami telah mencoba melakukan aksi pembunuhan berencana terhadap istrinya.
Lima hari sebelumnya, si suami telah memerintahkan sekelompok pembunuh bayaran untuk membunuh Rukundo, pasangan hidupnya selama 10 tahun. Para pembunuh itu melakukan perintah tersebut dengan baik, setidaknya mereka mengaku telah melaksanakannya. Mereka bahkan telah menerima bayaran ribuan dollar karena mengaku telah berhasil melaksanakan kejahatan yang diminta.
Dan anehnya, usai prosesi pemakaman istrinya selesai . Tiba – tiba saja sosok istri muncul dihadapannya. Rukundo yang pada saat itu ingat bagaimana suaminya menyentuh bahunya untuk memastikan apakah ia manusia. Setelah melompat, suaminya mulai berteriak dan minta maaf.
Dan karena Rukundo telah mengetahui semua rencana suaminya , kata maaf untuk suaminya pun telah terlambat. Rukundo telah menelepon polisi untuk segera menangkap sang suami.
Si suami, Balenga Kalala, akhirnya mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman penjara sembilan tahun karena percobaan pembunuhan.
Dan apa permasalahan utama yang bisa membuat suami Rukundo nekat membunuh istrinya ini sudah direncanakan pada empat tahun yang lalu.
Berawal ketika ia terbang dari rumahnya di Melbourne dengan suaminya, Kalala, untuk menghadiri pemakaman di Burundi, kota asalnya. Ibu tiri dari Rukundo meninggal dunia, dan itu membuatnya sedih serta tertekan. Ia kembali ke kamar hotelnya di Bujumbura, yang terletak di ibu kota, menjelang malam. Merasa begitu putus asa, ia memutuskan untuk berbaring.
Kemudian, suaminya menelepon.
“Dia mengatakan kepada saya untuk keluar mencari udara segar,” kata suaminya.
Saat Rukundo melangkah keluar dari hotelnya, seorang pria maju dan menodongkan pistol ke arahnya.
“Jangan berteriak,” kata pria itu. “Jika kau mulai berteriak, saya akan menembakmu. Mereka akan menangkap saya, tetapi kau? Kau sudah mati.”
Rukundo yang ketakutan lalu menuruti perintah itu. Dia dibawa ke mobil. Matanya ditutup sehingga dia tidak bisa melihat ke mana dirinya dibawa.
Setelah 30 atau 40 menit, mobil itu berhenti. Rukundo didorong ke sebuah gedung dan diikat ke kursi.
“Apa yang kau lakukan sehingga orang ini membayar kami untuk membunuhmu?”
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Rukundo.
“Balenga mengirim kami untuk membunuhmu.”
“Kalian bohong,” kata Rukundo kepada mereka. Para pembunuh bayaran itu pun tertawa.
“Dasar bodoh,” kata mereka kepadanya.
Lalu ada suara nada telepon tersambung, dan suara laki-laki terdengar melalui speakerphone. Itu suara suaminya.
“Bunuh dia,” katanya. Rukundo pun pingsan.
Dan sejak itu , Rukundo menjadi seorang pengungsi baru dari Kongo. Dan karena Kalala sudah cakap berbahasa Inggris, pekerja sosial lembaga itu sering merekrutnya untuk menerjemahkan sesuatu bagi Rukundo, yang berbahasa Swahili. Mereka lalu jatuh cinta, kemudian pindah bersama ke pinggiran Melbourne dari Kings Park, dan memiliki tiga anak (Rukundo juga punya lima anak dari pernikahan sebelumnya).
Rukundo kemudian tahu banyak tentang masa lalu suaminya, yang telah melarikan diri dari tentara pemberontak yang telah mengobrak-abrik desanya, membunuh istri dan anaknya yang masih kecil. Dia juga belajar lebih banyak tentang karakternya.
Sebelumnya , Rukundo disekap di sebuah bangunan di dekat Bujumbura. Dan para pembunuh bayaran itu mengatakan bahwa mereka tidak akan membunuhnya. Mereka tidak suka membunuh perempuan, dan mereka mengenal kakak lelakinya. Namun, mereka akan menyimpan uang suaminya, dan mengatakan kepada suaminya bahwa sang istri sudah tewas.
Para pembunuh bayaran itu memberinya ponsel, rekaman percakapan telepon dengan Kalala, dan tanda terima untuk uang sebesar 7.000 dollar Australia yang diduga untuk pembayaran pembunuhan untuk dirinya.
“Kami hanya ingin kau kembali, untuk memberi tahu kepada perempuan bodoh lain sepertimu soal kejadian ini,” kata anggota pembunuh bayaran itu kepada Rukundo.
Perempuan itah. Rukundo pun mulu terguncang, tetapi masih hidup dan tabai merencanakan langkah selanjutnya dengan meminta bantuan kedutaan Kenya dan Belgia untuk bisa kembali ke Australia.
Dan tanpa memberi tahu Kalala suaminya itu, sang pendeta membantunya kembali pulang ke daerah tempat tinggalnya di dekat Melbourne. Danpada saat itu juga suaminya telah memberi tahu semua orang bahwa Rukundo meninggal dalam kecelakaan tragis, dan semua warga meratapi dia dalam upacara pemakamannya di rumah keluarga.
Hal yang tak disangka dan mengejutkan pun terjadi pada malam 22 Februari 2015, ketika sang duda Kalala melambaikan tangan kepada para tetangga yang pulang setelah upacara penghiburan, Rukundo mendekatinya. Pria itu, yang suaranya dia dengar di telepon lima hari lalu, telah memerintahkan pembunuhan atas dirinya.
“Saya merasa seperti seseorang yang telah bangkit lagi,” kata Rukundo.
Dan saat Rukundo berdiri di depan Kalala dan menanyakan semuanya . Kalala awalnya membantah semua hal itu, Rukundo menyuruhnya mengakui kejahatan dan pada saat itu juga, percakapan keduanya secara diam-diam direkam oleh polisi.
“Kadang-kadang iblis bisa datang ke diri seseorang sehingga ia melakukan sesuatu yang buruk, tetapi setelah mereka melakukannya mereka mulai berpikir, ‘Mengapa saya melakukan hal itu?'” katanya sambil meminta Rukundo untuk memaafkannya.
Kalala akhirnya mengaku bersalah. Dia dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara oleh hakim di Melbourne.
“Sekiranya pembunuh bayaran yang menculik Rukundo menyelesaikan pekerjaannya, delapan anak akan kehilangan ibu mereka. Itu direncanakan dan termotivasi oleh rasa cemburu yang tidak berdasar, kemarahan, dan keinginan untuk menghukum Rukundo.” kata Hakim Ketua Marilyn Warren seperti yang dilansir dari Tribunnews.com (10/2).
Dan untuk terakhir kalinya , Kalala mengaku jika dirinya berniat membunuh istrinya Rukundo karena berpikir dia akan meninggalkannya untuk pria lain.