Percaya Gak Kamu!! Jabatan Pria ini Adalah Seorang Gubernur, Tapi Malah Masuk Daftar Orang Miskin


Gubernur_Ini_Masuk_Daftar_Orang_Miskin

Palingseru.com – Menjadi seorang pemimpin harusnya memiliki kehidupan yang mewah dengan harta yang berlimpah, karena gaji seorang pemimpin tentu saja lebih besar sehingga bisa menunjukan kehidupan yang lebih nyaman juga.

Namun, sepertinya tidak dengan gubernur ini. Ia merupakan seorang gubernur, tapi keluarganya masuk dalam daftar orang miskin.

Tapi, gubernur yang seperti ini tidak ada di era saat ini.  Gubernur miskin ini hidup pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Nama Gubernur itu adalah Said bin Amir al-Jumhi. Kisah ini bermula ketika khalifah Umar bin Khattab berniat untuk menggantikan gubernur Syam yang lama yaitu Muawiyah dengan Said

Berkatalah Umar kepada Said, “”Aku ingin memberimu amanah menjadi gubernur”. Akan tetapi pada awalnya Said menolak tawaran tersebut dengan alasan takut terjerumus ke dalam sebuah fitnah.

Said berkata, “Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin. Kalian mengalungkan amanah ini di leherku kemudian kalian tinggal aku.”

Namun, Umar tetap bersikeras hingga akhirnya Said harus menerima amanah tersebut. Hingga pada akhirnya berangkatlah said beserta keluarganya ke Syam untuk menjalankan amanah barunya. Pada suatu masa, Said terlilit sebuah kebutuhan yang memerlukan uang. Akan tetapi, di dalam rumahnya tidak ada uang pribadi yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Sementara itu di kota Madinah, Umar mendapatkan utusan yang berasal dari Syam. Mereka datang dengan tujuan untuk melaporkan beberapa kebutuhan dan urusan mereka sebagai rakyat yang dipimpin oleh khalifah Umar bin Khattab.

Setelah menerima tamu tersebut, Umar berkata kepada mereka “Tuliskan nama-nama orang miskin di tempat kalian.” Mereka pun menuliskan nama-nama orang miskin yang ada di kota Syam.  Betapa terkejutnya saat melihat nama Said termasuk dalam daftar orang miskin.

“Apakah ini Said gubernur kalian?”

“Ya, itu Said gubernur kami.”

“Dia termasuk daftar orang-orang miskin?” tanya Umar lagi mempertegas.

“Benar, dan demi Allah sudah beberapa hari di rumahnya tidak ada api (tidak memasak).”

Mengetahui hal itu Umar langsung menitipkan uang 1.000 dinar untuk diberikan kepada Said agar bisa memenuhi kebutuhannya.  Namun, saat sampai kepada Said, Ia pun sangat terkejut dan kemudian menjauhkan uang dinar itu dari dirinya, sambil berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” seolah-olah ia tertimpa musibah dari langit atau ada suatu bahaya di hadapannya.
Sang istripun sempat kebingungan akan hal itu. Lalu, Said meminta agar istrinya membagikan uang dinar itu kepada orang fakir.
Selang beberapa waktu, Umar datang ke negeri Syam untuk melihat keadaan. Saat ia singgah di tempat tugas Said, ia mendapat banyak keluhan dari rakyatnya mengenai kinerja dari gubernur mereka. Kemudian, Umar pun langsung mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Umar lalu melakukan pertemuan akbar antara ia, rakyat yang mengeluh dan juga Said. Umar kemudian bertanya di hadapan penduduk.

“Apa yang kalian keluhkan dari gubernur kalian?”

Mereka menjawab, “Ia tidak keluar kepada kami kecuali jika hari telah siang.”

“Apa jawabmu tentang hal itu, wahai Sa’id?” kata Umar.

Sa’id terdiam sebentar, kemudian berkata, “Demi Allah, sebenarnya aku tidak ingin menjawab hal itu. Namun, kalau memang harus dijawab, sesungguhnya keluargaku tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi aku membuat adonan roti, kemudian menunggu sebentar sehingga adonan itu mengembang. Kemudian aku buat adonan itu menjadi roti untuk keluargaku, selesai itu aku berwudhu dan baru keluar rumah menemui penduduk.”

“Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” tanya Umar.

Mereka menjawab, “Sesungguhnya, ia tidak menerima tamu pada malam hari.”

“Apa jawabmu tentang hal itu, wahai Sa’id?”

“Sesungguhnya, Demi Allah, aku tidak suka untuk mengumumkan ini juga. Aku telah menjadikan waktu siang hari untuk rakyat dan malam hari untuk Allah Azza wa Jalla,” jawab Sa’id.

“Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” tanya Umar lagi.

Mereka menjawab, “Sesungguhnya ia tidak keluar menemui kami satu hari dalam sebulan.”

“Dan apa ini, wahai Sa’id?”

Sa’id menjawab, “Aku tidak mempunyai pembantu, wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak mempunyai baju kecuali yang aku pakai ini, dan aku mencucinya sekali dalam sebulan. Dan aku menunggunya hingga baju itu kering, kemudian aku keluar menemui mereka pada sore hari.”

“Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?”

Mereka menjawab, “Ia sering pingsan, hingga ia tidak tahu orang-orang yang duduk di majelisnya.”

“Dan apa ini, wahai Sa’id?”

Sa’id menjawab, “Aku menyaksikan meninggalnya sohabat Khubaib bin Adi Al-Anshari di Mekah. Kematiannya sangat tragis di tangan orang-orang kafir Quraisy. Mereka menyayat-nyayat dagingnya kemudian menyalibnya di pohon kurma. Orang Quraisy itu meledek, “Khubaib, apakah kamu rela jika Muhammad sekarang yang menggantikanmu untuk disiksa?” Khubaib menjawab, “Demi Allah, kalau saya berada tenang dengan keluarga dan anakku, kemudian Muhammad tertusuk duri sungguh aku tidak rela.” Ketika itu aku masih dalam keadaan kafir dan menyaksikan Khubaib disiksa sedemikian rupa. Dan aku tidak bisa menolongnya. Setiap ingat itu, aku sangat khawatir bahwa Allah tidak mengampuniku untuk selamanya. Jika ingat itu, aku pingsan.”

Seketika itu Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan prasangka baikku kepadanya.” Umar pun kembali memberikan 1.000 dinar kepada Said.

Ketika melihat itu, istrinya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan kami dari pekerjaan berat untukmu. Belilah bahan makanan dan sewalah seorang pembantu.”

Tapi, bukannya mengikut saran sang istri, Said kembali membagikan uang itu ke penduduk yang lebih membutuhkan.  Subhanallah ..


Like it? Share with your friends!