Palingseru.com – Mengajar tanpa kenal waktu namun menerima upah hanya seadanya, begitulah gambaran yang melekat pada guru honorer di Indonesia.
Nasib para guru honorer di Indonesia memang sangat memprihatinkan.
Perjuangan dan upaya mereka dalam menyalurkan ilmu pada anak-anak bangsa di pedalaman tidak terbalaskan dengan manis.
Mereka hanya menerima bayaran ratusan ribu bahkan hanya puluhan ribu, seperti yang diterima beberapa guru honorer di SMPN 3 Waigete, Flores, NTT.
Maria Beta Nona Vin, salah seorang guru honorer mengaku mendapat upah Rp 85.000 per bulan.
“Itu uang Rp 85.000 juga kadang-kadang mandek sampai 3 bulan. Itu uang kan dari orangtua siswa. Jadi, kita tunggu kapan mereka bayar baru kita terima honor,” terangnya, dilansir grid.hot.id.
Beti, sapaan akrabnya, pun menceritakan lebih lanjut ketika dirinya tak mendapat bayaran. Dirinya terpaksa mencabut ubi-ubi yang ditanamnya sendiri, untuk mengisi perutnya.
Tidak cukup sampai di situ, Beti juga harus menempuh jarak hingga 3 kilometer dalam setiap harinya dengan berjalan kaki untuk mengajar.
“Di rumah kami pakai lampu pelita. Kalau malam kerja perangkat pembelajaran, kami andalkan lampu pelita saja. Susah sekali sebenarnya, tetapi karena sudah terbiasa, jadinya nyaman juga. Untuk yang punya handphone itu harus pergi cas di orang yang ada mesin generator,” ungkap Beti.
Karena itulah, Beti tidak bisa menghubungi keluarganya, untuk bertukar kabar atau bercengkarama melepas rindu.
Rasa capek, lelah, jenuh, sering menghampiri Beti, namun hal itu tak memutuskan semangatnya dalam mencerdaskan murid-muridnya.
“Capek sebenarnya, tetapi berpikir, pasti ada hikmah di balik perjuangan ini,” tuturnya.