Palingseru.com – Percaya atau tidak, apa yang terlihat manis oleh mata kita, belum tentu kenyataannya semanis itu. Kehidupan seorang guru, contohnya.
Di mata masyarakat awam, seorang guru dianggap memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera karena profesinya bergengsi.
Namun kenyataannya, ada banyak hal pahit di baliknya yang tak mereka tahu.
Meski banyak diantaranya yang memiliki hidup sejahtera, tapi nyatanya tak sedikit pula guru yang hidup sengsara.
Mereka ialah para guru honorer di sekolah-sekolah desa terpencil.
Dengan statusnya yang masih honorer, ditambah kurang diperhatikan oleh pemerintah, membuat kehidupan para guru honorer begitu pahit.
Mereka mendapat upah yang tidak sebanding dengan beban kerja dan keringat yang dikucurkan dalam mencerdaskan anak bangsa.
Maria Marseli (27), seorang guru honorer di SDN Kepiketik, sebuah kampung terpencil yang berada di Desa Persiapan Mahe Kalen, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, bahkan hanya menerima upah senilai Rp 75.000 per bulan.
“Saya sudah 7 tahun mengajar di sini. Honor saya di sini Rp 75.000 per bulan,” ucap Maria.
Itu pun, gajinya baru diberikan 1 kali dalam 3 hingga 6 bulan, sebagaimana dilansir Kompas.com.
Maka bayangkan, bagaimana susahnya kehidupan Maria, terlebih dalam membagi uang untuk mencukupi kehidupan keluarganya.
Tapi beruntung, dengan segala penderitaan itu, Maria tetap semangat dalam berbagi ilmu kepada anak-anak, meski harus dilakukan di dalam sebuah gubuk memprihatinkan.
“Saya mengabdi dengan tulus di sini. Satu hal yang paling penting adalah masa depan anak-anak. Kalau tidak ada yang mengajar di sini, masa depan anak-anak pasti suram. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini,” tutur Maria.
Meski demikian, dia juga memiliki harapan untuk diperhatikan oleh pemerintah.
“Saya berharap kepada Pemda Sikka agar bisa memperhatikan nasib guru honorer,” ucapnya.