Palingseru.com – Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Dewata yang paling banyak dikunjungi oleh turis-turis asing atau pun turis lokal untuk melihat keindahan alamnya yang sangat menakjubkan.
Jika kita lihat dari pengunjung pulau Bali, pastinya sangat besar pemasukan masyarakat di sana yang diambil dari keuntungan kunjungan para turis ke tempat wisata di sana.
Tapi, sayangnya pendapatan besar itu tidak didapat secara merata. Buktinya masih banyak kaum miskin di Pulau Bali yang hidupnya sangat sengsara, dari kesulitan ekonomi, tempat tinggal yang tidak layak, sampai kesulitan makan sehari-hari.
Mau tau seperti apa derita kaum miskin yang ada di Pulau Bali ? Simak ulasannya yang berikut ini, seperti dilansir Merdeka.com.
1. Nenek Lembuk lumpuh dan tinggal di bekas kandang sapi
Seorang nenek berusia 80 tahun tinggal di sebuah gubuk tua bekas kandang sapi di Banjar Taman Sari, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan Bali. Kondisi gubuknya itu sangat tidak layak huni, karena saat hujan gubuk itu akan kebocoran sehingga tanah atau lantai gubuk tersebut menjadi becek karena air hujan.
Nenek lembuk tinggal bersama anak wanitanya yang mengalami penyakit jiwa. Ia hidup hanya mengandalkan beras raskin saja dan bentuan dari warga sekitar. Sebab, nenek lembuk tidak bisa mencari uang lagi semenjak kakinya patah karena di tabrak mobil saat pulang berjualan.
“Selama ini saya masih bisa cari-cari duit untuk makan. Sejak kaki patah 6 bulan lalu, hanya bisa tidur saja tidak bisa ke mana mana. Anak saya buduh (gila),” keluh nenek Lembuk di Tabanan.
Gubuk tua ini dulunya bekas kandang sapi, kini dijadikan tempat tinggal nenek lembuk. Nenek lembuk tidur di atas kasur yang basah dan bau tengik. Gubuknya bau pesing dan bau kotoran manusia bercampur kotoran hewan. Kehidupan nenek lembuk ini sangatlah memprihatinkan, apa lagi mereka tidak memiliki sanak saudara yang bisa membantu.
2. Kakek di Bali ini hidup seorang diri di gubuk ranting kering
Kakek 80 tahun yang bernama Sari Enggung juga termasuk warga miskin yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Kakek Enggung tinggal di lahan kosong warga dengan mendirikan sebuah gubuk dari ranting kering dan daun kering di Dusun Panek Desa Ban Kecamatan Kubu Karangasem .
Didalam gubuk kosong tersebut hanya ada tempat tidur yang terbuat dari papan dan spon empuk. Kakek Enggung hidup serba kekurangan dan sangat membutuhkan beras raskin dari pemerintah
3. Rumah pasutri miskin di Bali ini mirip gubuk Tarzan di hutan
Selanjutnya ada keluarga miskin yang tinggal di gubuk tarzan di hutan. Keluarga miskin I Nengah Rijeng (57), asal Gebagan, Desa Kayubihi, Bangli, ini tinggal bersama istrinya Ni Wayan Patri dan satu anak perempuannya ini tinggal di tengah hutan yang tak jauh dari rumahnya terdapat sebuah jurang.
Rumah mereka sangat jauh dari jalan utama sehingga membutuhkan istirahat lima kali setiap 15 menit perjalanan menuju ke rumah Rijeng karena kondisi jalannya sangat hancur dan susah.
Rijeng hanya bekerja sebagai tukang buruh yang upahnya hanya Rp 10 ribu per hari. Lalu ditambah dengan hasil anyaman bambu yang jika laku hanya mendapat Rp 100 per bulan.
4. Nenek Nyoman Sondari terlantar, tinggal di gubuk tanah negara
Nenek Nyoman Sondri (90) tinggal bersama suami dan anaknya yang lumpuh di sebuah gubuk yang dibangun di tanah negara. Namun, setelah dibangun gubuknya hampir roboh karena terkena angin kencang. “Kami tak berdaya lagi pak. Si kakek (suami) sudah tak kuat, anak cacat. Bingung tiang (saya),” ungkap Sondri.
“Anak saya cacat sejak kecelakaan 10 tahun lalu. Saya hanya bantu di sawah, kadang dibayar, kadang hanya di kasi beras,” ucapnya.
5. Keluarga ini tinggal di gubuk reyot dan tidur di tumpukan rongsokan
Keluarga Ketut Sareng (65) dan istrinya Nyoman Runtini (55) di Lingkungan Satria, Kabupaten Jembrana, Bali, hidup di gubuk reyot yang terletak di tumpukan rongsokan.
Mereka tinggal selama 11 tahun di gubuk tersebut. Saat hujan mereka tidur di kubangan lumpur karena lantainya becek akibat air hujan dari atap yang bocor. Bahkan mereka seringkali dikerubuni ulat kaki seribu dan cacing tanah karena mereka tidur tidak menggunakan alas sama sekali.
“Kami sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Kami mau pindah, tapi harus ke mana, dan kami belum mendapat tempat. Kami memang di sini sudah diusir karena katanya tanah ini sudah laku dijual,” kata Runtini nada sedih.
Itulah dia penderitaan ke lima kaum miskin di Pulau Bali yang jauh dari kelayakan.